Hampir tiap hari, tepatnya saat pulang kerja, aku selalu dihadapkan pilihan. Memilih arah untuk pulang. Pasalnya, jalan kusumanegara jogja itu padat, apalagi di jam-jam berangkat sekolah, siang hari, dan jam pulang kerja. Dua pilihan menghadangku. Apakah aku akan belok ke kiri (searah) dengan jalan memutar lewat sidobali, ataukah akan memilih jalan yang lebih singkat dengan belok ke kanan (yang berarti menyeberang jalan).Berhubung jalanan yang sangat padat di kedua jalurnya, keduanya sama-sama butuh waktu dalam menanti jeda/ sepinya jalan. Membingungkan.
Silih berganti aku coba satu persatu. Awalnya aku sering kelamaan gara-gara kebingungan sendiri. Namun kini hatiku terasa lebih lapang dalam menjalaninya. Ternyata dengan membuat ketetapan terlebih dahulu, itulah kuncinya. Melihat kecenderungan padatnya, maka aku bisa mengira-ira arah mana yang peluang sepinya lebih cepat. Namanya juga hanya perkiraan dari peluang, ga selalu benar, malah mungkin sering melesetnya. Akan tetapi yang aku rasakan, bila aku tidak punya ketetapan dahulu sebelum memilih, yang ada hanyalah kekacauan melihat kedua sisi silih berganti menampakkan peluang untuk kupilih, dan hal ini berakhir dengan waktu menunggu yang semakin lama.
Apakah aku bisa mengatakannya mirip dengan filosofi menjemput jodoh? Memilih jodoh, mungkin memang harus punya ketetapan terlebih dahulu. Menetapkan kriterianya, juga menetapkan cara menjemputnya. Tentu sebelum itu semua harus dimulakan dengan langkah berdasar niatan yang benar. Seperti memilih jalan pulang itu, apapun jalan yang akan dipilih, haruslah terlebih dahulu standby di tepi jalannya. Satu hal lagi, terkadang ada peluang yang tampak nyata (kedua jalan nampak sepi) tapi barangkali karena sedikit lengah malah tidak bisa menggunakan kesempatan itu untuk menyeberang. Alih-alih buang energi karena kesal, lebih baik disadari mungkin memang bukan rejeki kita pulang saat itu. Barangkali lengah itu akibat kita tidak fokus pada tekad semula. Kalau dalam penjemputan jodoh, barangkali kita lalai menjaga niat kita. Intinya sabar dan senantiasa koreksi niat.
Wallahu a'lam
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah...
No comments:
Post a Comment