2011/10/01

BERJUANG KERAS SAAT HAMIL (Hamil Itu Indah)

 
by Jazimah Al-Muhyi on Tuesday, September 27, 2011 at 9:30pm
 
 Alhamdulillah, kehamilan kali ini adalah yang kelima kalinya. Hamil yang kedua hamil anggur sehingga harus dikuret, yang selain itu Alhamdulillah ... lahir semua dengan cukup lancar dan selamat. Kali ini, hamil kelima, sudah masuk bulan ke sembilan. Mohon doanya ya. Semoga mudah dan lancar, sehat selamat semua. Amiin.

Ngomong-ngomong soal hamil, memang macem-macem yang dirasakan. Ada yang mual muntah sampai klenger, ada yang biasa saja. Aku?
He he. Gimana ya?
Aku ingat sms seorang sahabat, yang kukenal di dunia maya, sampai sekarang pun belum sempat bertemu muka namun insya Allah persahabatan kami nyata.
“Bu, kok bisa mengasuh 3 anak kecil sambil hamil tua tetap produktif nulis? Minum suplemen apa?"
Tanya yang semacam itu kembali diajukan saat alhamdulilah, aku dimampukan-Nya puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Aku nggak pakai suplemen apa pun. Kalaupun ada, itu adalah madu.


Memang sama sekali nggak ada keluhan?
Keluhan yang sangat berat sih memang tidak pernah ada. Tapi kalau pusing, mual, serasa ingin muntah, kayaknya sering tuh. Nggak tahu, bawaan hamil atau kelelahan, atau masuk angin atau campuran ketiganya, he he.
Tapi, pengalaman membuktikan, rasa yang serba tidak enak itu kalau dibawa tiduran malah semakin menjadi.  Makanya suka nekat tetep beraktivitas. Belanja, masak, cuci piring, beres-beres dan lainnya. Kalau rasanya bener-bener bikin KO, ya rebahan sebentar, dibalur pakai minyak kayu putih, atau dikerik sendiri kemudian pakai jaket. Trus, minum yang hangat atau panas (madu, susu, jahe, teh, atau kopi … seadanya lah).  Sambil terus mendoktrin diri, “Harus kuat, harus kuat.” Kalau terasa beraat banget, dzikir Ya Qowiyyu Ya Matiin … kadang sambil mikir iseng, masak sih bakalan pingsan karena capeknya mengasuh anak? Kayaknya enggak deh.

Ada sih masa makan terasa nggak enak, tapi tetep tak paksa. Ya nggak usah usah dirasakan, yang penting masuk perut. Lah, aku makan buat tiga orang je. Buat aku sendiri, bayi yang kukandung, juga untuk disedot Muhammad yang masih minum ASI.

Bidan yang periksa aku selalu komentar dengan tekanan darahku yang always rendah, 90 bahkan pernah 80.
“Kok rendah terus Bu?”
Mungkin kurang tidur kali. Kan kalau malam suka ngetik,” jawabku.
“Tapi nggak pa pa, kan?”
“Nggak pa pa kok. Biasa aja.”
Cuma, pas 80 itu rasanya memang kliyeng-kliyeng, badan terasa dingin.

Tapi, ya itu, maybe semangat untuk bisa tetep berbagi lewat tulisan, juga menyajikan masakan  buat ketiga anakku yang hampir selalu lahap banget menyantap apa pun yang dimasak mamanya membuatku berusaha banget berjuang menyingkirkan segala yang nggak enak itu. Habis, kalau aku nggak masak, mereka maunya jajan melulu. Mana jajanan warung kan lebih banyak nggak beresnya ketimbang yang beres. Yang gurih full MSG, yang manis full pemanis buatan, belum lagi rasanya yang cenderung pedas (selera pantura kayaknya tuh), belum lagi kemungkinan ada pengawet dan bahan antah berantah lainnya. Kalau aku masak plus bikin agar-agar atau tempe mendoan atau kacang hijau atau martabak atau kolak, paling tidak menggoreng makaroni, anak-anak relatif bisa distop jajannya. Paling ntar beli buah irisan yang lewat. Mungkin karena anak-anak itu aktivitasnya padat, mereka selalu lapar dan haus ya. So, kalau di sela-sela main mereka masuk rumah trus ada yang enak untuk disantap kan tidak perlu lari ke warung. Kadang kewalahan juga meladeninya. Masak baru sarapan sekitar pukul 7 atau delapan, dua tiga jam setelahnya sudah minta makan lagi? Padahal after makan biasanya minum cukip banyak. Kadang air putih, susu, atau madu. Belum lagi cemilan. Tapi, bukankah lebih menyenangkan mereka suka makan ketimbang susah makannya ya?
Yah, ketiga krucil yang menemaniku sehari-hari itulah yang betul-betul menyemangati untuk tidak terlalu mempedulikan rasa-rasa tak enak di badan. Alhamdulillah.
(Jadi, inget, hari kedua setelah melahirkan Muhammad, aku sudah beraktivitas biasa ... nggak kayak orang baru melahirkan. Tapi, kalau di kampung yang kayak gitu sih biasa banget. Malah kebanyakan langsung nyuci baju segala. Waah, ibu-ibu kampung memang perkasa-perkasa banget. Bisa dijadikan teladan, he he)

Takdir Allah selalu yang terbaik untuk hamba-Nya. Untuk aku yang hobi mikirin segala macem sampai dalem, yang dulu sampai bikin nggak bisa tidur … kini, dengan kesibukan yang sifatnya aktivitas fisik yang puadaat … memang sangat berguna. Kalau udah capek berat kan nggak sempat lagi mikir macem-macem, langsung terbang ke pulau kapuk, he he.

Ya, kalau hamil tua tuh kan bawaannya gerah banget. Alhasil, malam hari, saat semua anak sudah lelap dan sebenarnya bisa untuk istirahat, karena gerah ya udah, dipake beres-beres atau nulis atau baca. Bismillah, pasrah aja sama Allah. Meski jam istirahat sedikit, semoga tetap cukup untuk kembalikan stamina. Kalau pagi hari tuh rasanya ngantuuk, enak banget dibuat tidur. Mana hawanya segar dan sejuk, tapiii… kan nyaris nggak mungkin tuh, he he. Siang, kalau pas betul-betul capek, trus baringan gitu aja di lantai atau kasur, kadang bisa terlelap sebentar. Yah, lima sampai lima belas menit lah.

Hamil itu indah. Alhamdulillah, kalau hamil bawaannya semangat. Karena ada generasi baru yang hendak lahir. Bismillah, semoga yang ini aku bisa mendidiknya lebih baik lagi. Amiin. Yah, anak adalah harapan. Harapan untuk perbaikan masa depan umat. Insya Allah.

Aku teringat almarhum Mbak Nurul F Huda. Pas hamil kan mabuk berat. Muntah terus. Tapi ya gitu, habis muntah, berusaha makan lagi. Meski, muntah lagi. Aku sampai heran banget. Emang habis muntah nggak neg gitu? Tapi itulah perjuangan beliau biar tetap kuat. Dan sungguh, hampir tiap perilaku beliau  mencerminkan semangat hidup yang luar biasa.

Yah, ini sekadar sharing, bahwa segala rasa nggak nyaman saat hamil itu sejatinya bisa dilawan. Yah, meski tentu saja, tiap orang tidak sama keadaannya.
Semoga sharing ini berguna.

No comments:

Post a Comment