2010/11/19

DICARI: LAJANGWAN PEMBERANI DAN PERCAYA DIRI!

ditulis oleh Jazimah Al Muhyi

Semalam saya ngobrol dengan suami tentang fenomena para lajangwan. Saya ingin tahu sebenarnya laki-laki itu resah atau tidak sih kalau usia terus beranjak tapi jodoh gak ketemu-ketemu juga. Menurut saya enggak, karena biro jodoh di mana pun selalu disesaki kaum wanita. Bahkan biro jodoh di majalah UMMI sampai menutup keanggotaan untuk akhwat. Fakta ini sungguh membuat saya merasa miris. Sungguhkah itu karena jumlah perempuan berkal lipat dibanding jumlah laki-laki?


”Laki-laki, kalau nggak sibuk ya pasti kepikiran nikah. Tapi kalau sangat sibuk dengan pekerjaan, aktivitas, ya tidak kepikiran.”

”Ooo,” Aku manggut-manggut, soalnya sambil makan.

”Tapi kalau laki-laki beriman harusnya tetap kepikiran. Soalnya, jaman sekarang kan tidak aman hidup sendirian.”

Yap, aku paham yang dimaksud. Tawaran zina berdatangan dari segala penjuru, mengepung hidup bagai udara. Para pelacur begitu bangga mengiklankan diri di berbagai media. Zina tangan, zina kaki, zina mata, zina hati. Ya, seharusnya para lajangwan beriman juga resah gelisah untuk segera menikah. Untuk menyelamatkan kehormatan diri, untuk selamat dari perangkap zina. Tapi, mengapa kenyataannya tidak demikian?


“Banyak lelaki kurang percaya diri.”

“Trus, gimana dong Yah, biar PD-nya para lelaki bisa meningkat?”

”Akidahnya diperbaiki.”

Singkat, padat, jelas. Ya, akidah. Keyakinan yang benar tentang Allah, tentang kemahabesarannya, tentang jaminan rezeki dari-Nya, tentang rezeki dari arah yang terduga untuk hamba yang bertakwa, tentang takwa sebagai tolok ukur utama identitas dan kualitas seorang manusia, dan sebagainya dan sebagainya

Dulu, aku pernah mendengar cerita tentang seorang laki-laki yang bilang gini. “Kalo aku, istri itu yang penting cantik. Soalnya kalo punya istri kok jelek itu kan dilihatnya sepet. Kalo soal akhlak, gampanglah nanti aku arahkan.”

Soal akhlak, gampang diarahkan? Yang lebih penting cantik?
Waah ... kayaknya pola pikirnya terbalik tuh.
Akhlak itu pembentukannya sangat lama. Sangat lekat dengan diri seperti darah dan nyawa. Gimana mau dirubah dalam waktu singkat? Sebaliknya, wajah biasa diubah cantik itu malah gampang. Itu tuh, lihat aksi-aksi make over yang di TV. Lihat juga para selebriti yang tadinya berwajah biasa plus terkesan ndesani, dalam waktu singkat jadi tampak kinclong setelah terkenal. Nah, jadi sebenarnya mana yang lebih gampang untuk diubah? He he



Eh, ini kok ngomong sampai sini. Tadi ngomongin apa ya? Oh iya., lagi ngomongin akidah. Akidah yang lurus, yang harus diperkokoh. Yakin bahwa Allah sudah menjatahkan rezeki untuk tiap makhluk-Nya. Tinggal menjemput aja. Lha wong ayam dan cacing saja ada rejekinya. 

Aku pernah dapat curhat dari lajangwan. Jatuh cinta sama lajangwati, tapi belum berani menikahi. Dia tanya, boleh gak bikin ikatan dulu? Kutanya seberapa lama. Katanya, tujuh tahun. Gubrak! Tujuh tahun suruh nunggu!!! Bisa lumutan dan karatan dong si lajangwati. Langsung kucegah. Katanya, ”Mbak, sudah cinta mati. Diikat maksudnya biar tidak diambil orang lain.” Halaaaaah, kayak di dunia ini cuma ada satu perempuan.

Tujuh tahun, banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Bisa ketemu yang lebih menarik, itu salah satunya. Satu-satunya perjanjian cinta laki en perempuan yang legal formal dan uenak tenan (karena diridhoi Allah) itu ya cuma nikah.

Tapi wis kadung cinta. CINTA. Cinta ki opo tho yooo. Aku yang tukang jatuh cinta ini bersaksi dengan sesungguh hati bahwa cinta yang meluap-luap menderu-deru menggelora itu tak banyak gunanya untuk modal kehidupan berumah tangga. 



Sudah buanyaaak bukti kusaksikan, mereka yang dulunya mengejar sang pujaan hati begitu gagah perkasa laksana pemain football mengejar-ngejar bola, begitu dapat ... ya biasa aja tuh perlakuannya.

Saat nikah, saat bulan madu, memang bahagia itu masih bisa menyala-nyala. Tapi, begitu kenyataan hidup harus dihadapi, begitu sifat-sifat tak menyenangkan mulai nampak, kalimat ’I love U’ yang dulu jadi lagu per menit, entah kabur ke mana.



Dulu sih keliatannya cantik banget, tapi kok ternyata jorok ya
Ternyata lelet kerjanya

Ternyata lambat mikirnya

Ternyata pelupa dan sembrono

Ternyata cerewet dan judes

Ternyata oh ternyata .....

Kok ngomongin cinta? Ya, karena beberapa kali aku ketemu sama lajangwan yang ’nikahnya harus sama si itu’. Lah, yang ditunggu gak mau-mau juga. Mau ini dululah, mau itu dululah. Kalo aku jadi lajnagwan yang udah siap nikah dan udah khawatir jatuh ke dalam lembah zina, kutinggalkan aja si lajangwati itu. Cari lagi yang baru. Buanyaaak kok para lajangwati yang oke punya en siap menikah segera. Bener lho. Aku sering merasa sedih dengan permintaan tolong temen-temen yang belum menikah. Sedih, karena aku tidak tahu mereka harus kukenalkan pada siapa. Susah sekali cari lajangwan yang bersedia nikah segera. Kebanyakan sih alasannya karena belum siap. Masih banyak tanggungan yang harus diselesaikan. 

Halo lajangwan, para lajangwati itu banyak juga lho yang siap jadi super hero untuk memback up perjuangan en tanggunganmu. So, kehadirannya jangan dianggap sebagai tambahan tanggungan dong. Gak papa kok belum punya apa-apa. Modal nol bahkan minus tidak jadi masalah. Yang terpenting akidahnya lurus. Yang penting pemberani. Yang penting percaya diri. Seperti pernah dilontarkan Hadad Alwi kepada calon mertuanya, “Saya tidak bisa menjanjikan kehidupan mewah untuk putri bapak. Tapi saya menjamin bahwa bersama saya putri bapak tidak akan menderita.” Janji laki-laki sejati! Kereeen, hweu hweu

Lajangwan memang harus sangat percaya diri. Percaya diri yang bersumber pada akidah yang lurus. Harus percaya diri lantaran dia tertakdir menjadi qowwam, pemimpin, penanggung jawab. Kalo minderan, gak pedean, biarpun mobil-rumah-deposito sudah di tangan, yo tetep tidak akan mampu berdiri tegak sebagai qowwam. Apalagi kalau berhadapan dengan perempuan model aku yang punya reputasi menurunkan tingkat percaya diri laki-laki. Hi hi, itu masa lalu. Suka gemes soalnya sama cowok yang menurutku over convidence.

Yah, aku terkenal PDOD (percaya diri over dosis, kata suamiku). Nah, alhamdulillah, suamiku lebih PD ketimbang aku. Buktinya? Hampir selalu dia yang meminta maaf lebih dulu saat ada masalah di antara kami (lebih tepatnya, saat aku pasang aksi ngambek). Meminta maaf lebih dulu itu kan tindakan para ksatria. Aku kagum betul pada suamiku. Dia tidak takut jatuh harga diri dan wibawanya karena meminta maaf. Siiplah

Para lajangwan, beranilah. Pelajari karakter calon mertua. Apa sih yang membuat mereka bisa percaya pada kapabilitas calon menantunya? Apa sih sesuatu yang dianggap berharga di dalam keluarga calon mertua? Harta? Pendidikan? Keturunan? Nah, dari situ nanti bisa dirancang kalimat-kalimat PD apa yang mesti disampaikan. 

Tapi, bisa juga kalian beruntung seperti suamiku. Yang tidak ditanya apa-apa, tidak perlu mengajukan kalimat lamaran, langsung diterima sebagai calon menantu. Datang pertama kali ke rumah, ketemu orangtuaku ... begitu dia pulang, ibu langsung nanya ke aku, ”Jadi, kapan mau akad nikah?”



Mungkin ortuku mikir begini. ”Oalah mas mas, kami aja pusing kok dari dulu mikirin anak ini. Kalau mas bersedia nggantiin mikir dia, ngrumati dia ... monggoooo. Kami dengan senang hati memberikannya secara sukarela sukacita pada mas.” He he, gitu kali ya.

Buat para lajangwan, ayoo cepetan nikah. Pilih lajangwati yang diinginkan, lamar segera. Kalau ditolak, coba lagi. Coba lagi, coba lagi. Kalo udah bosan ditolak, cari aja lajangwati baru. Kalau udah mentok, silahkan hubungi aku. Tinggal sebut kriteria, pengin yang seperti apa. Insya Allah ntar kuhubungkan ama sahabat-sahabatku yang sedang menanti para lajangwan yang pemberani dan penuh percaya diri! He he

Oh ya soal kriteria, sebenarnya aku lebih seneng sama lajangwan yang tidak mematok kriteria tertentu. 

Gak cantik gak papa Mbak, nanti tak make overlah biar tampil menawan

Gak pinter gak papa Mbak, ntar aku yang didik biar jadi canggih. 

Dari keluarga sederhana gak apa Mbak, aku akan cukupi. 

Keluarga kaya raya oke Mbak, aku kan (calon) pebisnis hebat. Nanti keluarganya bisa kujadikan mitra bisnis yang andal Mbak.

Udah S-3 bolehlah Mbak, malah sekalian kujadikan dosen pribadi nanti.
Ya gitulah ....



(He he, pengin membangun banyak rumah di surga kok maunya yang gampang aja tho Jazim Jazim)

1 comment:

Anonymous said...

two thumbs untuk tulisannya

Post a Comment