2010/11/20

Sulitnya Mendapat Sertifikat Ibu Ideal


Wanita jaman sekarang, dituntut multitalent dan multiskill. Seiring berkembangnya jaman, permasalahan dan lika-liku rumah tangga akan semakin kompleks. Untuk itu, wanita sekarang dituntut cerdas dan kreatif dalam menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu. Belum lagi, bila ia adalah seorang berpendidikan, sepatutnya ia bisa menjadi teladan sekaligus motor bagi masyarakat. 

Sebagai istri, ia adalah partner, sahabat, motivator dan pelayan. Partner dalam menjaga bahteranya, sahabat yang dapat mendengarkan dan mengingatkan, motivator ketika suami menghadapi masalah, dan kewajiban utamanya adalah melayani. Sebagai ibu, ia adalah pendidik, pencetak, sekaligus sahabat bagi anak-anaknya. Sebagai bagian dari masyarakat, wanita juga dituntut untuk dapat berdakwah. Bukan dakwah yang muluk-muluk, berdakwah artinya mengajak, tentu mengajak masyarakat menjadi lebih baik. Tentunya akan sangat baik bukan, jika kegiatan arisan bisa dikemas menjadi sebuah aktivitas yang tidak lagi diidentikkan dengan nggosip, atau memberantas praktek riba yang telah mengakar di sebagian besar masyarakat kita. 

Itu semua sungguh tidak mudah. Terkadang, aku juga berpikir, apakah kelak aku bisa menjadi ibu yang ideal. Tak perlu dengan menjadi bu lurah apalagi presiden, jika ketiga fungsi di atas bisa aku jalankan, aku sudah sangat bersyukur. Apalagi, bila aku membandingkan diriku dengan sosok ibuku. Rasanya aku ini tidak ada apa-apanya. Sarjanaku tak cukup berarti dengan kepiawaian ibu, kesabaran dan juga seluruh pengorbanannya.

Ibuku banyak menasihatiku, tentang berbagai hal. Diantara nasihatnya adalah, kalau sudah menjadi istri, kita harus banyak mengalah dan bersabar. Cukuplah syukur sebagai pengingat, bahwa ia (suamimu kelak) lah yang sudah berbesar hati memilihmu dan menerimamu apa adanya. Juga tentang bagaimana menjaga diri, agar tidak luntur dalam pergaulan masyarakat yang kurang baik. Bergaullah dengan semua orang di lingkunganmu, tapi tak perlu terlalu jauh, tunaikan saja hak-hak yang disyariatkan, agar bila diantara mereka ada persengketaan kita tidak terseret. Hidup bermasyarakat harus tebal telinga, 

Berbagai hal tentang pengurusan rumah, ibu juga banyak berpesan. Ada beberapa hal yang sudah semestinya bisa dilakukan, selain hal-hal dasar merapikan, membersihkan dan mengatur rumah dan perkakasnya tentunya.Dalam hal jahit menjahit, ibuku tidak menyuruhku harus bisa menjahit baju, yang penting bisa mengoperasikan mesin jahit (jahitan lurus2 saja), mengesom, membenarkan jahitan baju yang lepas, memasang nama dan badge di seragam sekolah, dan menisik bila ada kain yang bolong-bolong dikit. 

Ibuku memang bukan seorang sarjana. Namun, soal bangunan dan instalasi listrik pun ada nasihatnya untukku. Meskipun wanita, semestinya bisa yang namanya nge cat tembok dan masang paku. Soal listrik, harus tau tentang hubungan pendek, juga kapan dan bagaimana harus mengganti sekering. Selain itu, kalau cuma nyambung kabel dan ngrakit stop kontak harus bisa. Masalah-masalah tersebut, insya Allah aku akan perhatikan dengan seksama, dan aku bertekad harus jauh lebih baik. Tentu saja ini menyangkut harkat dan martabatku sebagai lulusan elektronika, hehehehe;-p

Ibu kedua yang kutemui dalam hidupku, ibu kosku. Ia juga mengajarkan dan menasihatkan banyak hal kepadaku. Keterampilan memasak, bukanlah hal yang utama, soal memasak itu soal kemauan dan jam terbang, seperti menyetir mobil begitu kata ibu kosku. Jaman sekarang, wanita dituntut cerdas dalam mengelola rumahnya, tidak melulu insting dan bakat bawaan melainkan harus mengoptimalkan fungsi otak.

Satu hal yang ibu kosku tekankan, kalau sedang marah/ berselisih di dalam rumah, jangan sekali-sekali pergi ke luar, cukup diam saja di kamar. Tetap lakukan kewajiban (seperti masak, beres-beres rumah), tetap lakukan aktivitas (makan, mandi) saat di rumah sendirian, tapi boleh tampakkan kejengkelan (bahasa melayunya: merajuk) bila sedang ada si dia (baca suami). Meskipun saat ini semua yang dikatakannya masih semu dan samar dalam benakku, tapi okelah, kutabung dulu untuk bekalku kelak.

Memang tidak mudah menjadi sosok ideal. Wanita ideal yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai istri, ibu sekaligus menjadi bagian dari masyarakat. Akan tetapi, jangan jadikan ketakutan sebagai alasan untuk menghindar. Semua itu perlu belajar dan latihan. Semua perlu proses dan doa. Semoga Allah memberikan kekuatan bagi kita semua agar dapat menjadi wanita yang ideal.

Laa haula wa laa quwwata illaa billah..

Kepada seluruh ibu di dunia, semoga Allah merahmatimu..:-)

No comments:

Post a Comment