2010/12/07

Awas Jangan Sampai Kebakaran


Sebagian besar pembaca mestinya juga pernah mendapatkan pertanyaan "kapan nikah?" kan. Sebuah pertanyaan yang menggunggah sekaligus mengganggu. Menggugah, karena menikah memang sebuah sunnah, dimana Rasulullah mengisyaratkan dalam haditsnya bahwa siapa yang tidak menyukai sunnah beliau bukanlah termasuk umat beliau. Namun, selain menggugah, pertanyaan tersebut juga bisa menjadi mengganggu, jika diterima terus menerus, benar tidak?

Tidak ada yang salah dengan mengingatkan menikah. Apalagi menikah itu ibadah. Memang harus saling mengingatkan, karena memang ada orang-orang yang benar-benar perlu untuk diingatkan. Yang ingin saya kritisi adalah kompor-kompor yang terlalu besar nyala apinya. Saking besarnya, sekelilingnya banyak yang kena dampaknya. Kepanasan, kadang sampai mengakibatkan kebakaran. Yang kepanasan, bisa jadi ia masih bisa bersabar. Kalau sudah sampai mengakibatkan kebakaran, itulah yang cukup berbahaya.

Mengajak atau mengingatkan tidak sama dengan memaksa lo ya. Berbeda sekali. Kalau mengingatkan semestinya tidak menuntut untuk dipenuhi. Sewajarnya saja. Selain itu, mengajak ataupun mengingatkan semestinya juga melihat situasi yang diingatkan. Keadaan orang itu beda-beda. Ada yang memang diberi kemudahan dalam bertemu jodohnya. Ada juga yang butuh perjuangan panjang. Ada yang kehidupannya luwes-luwes aja (tanpa masalah), ada yang masalahnya seabrek. Manusia sangat terbatas, padahal apa yang ditampakkan secara dhahir seringkali berbeda dengan kenyataan. Kita dianjurkan untuk senantiasa berhusnudzon.

Kepanasan itu rasanya tidak enak. Ada yang sudah bertekad tetapi memang belum bertemu juga dengan jodohnya mungkin karena alasan-alasan duniawi (baik itu yang bersumber darinya atau dari sebaliknya). Yang pasti, santri maupun preman jalanan sama-sama manusia. Tidak ada jaminan kalau santri bisa menerima ataupun memilih hanya semata-mata agamanya. Rasulullah juga tidak hanya memberikan agama melainkan beliau memberikan empat hal pertimbangan dalam memilih jodoh.

Ditambah, baik buruk agama seseorang sifatnya sangat abstrak. Hanya Allah Yang Maha Tau. Ada juga yang memang belum sampai bertekad karena ada banyak hal yang ia anggap lebih penting.Sekali lagi, hendaknya kita berhusnudzon, semua sudah berniat untuk menikah. Tugas manusia hanya sebatas mengingatkan satu sama lain. Karena keadaan seseorang hanya Allah dan orang terkaitlah yang sangat mengerti.

Dampak kebakaran, tentu lebih berbahaya. Banyak yang bersemangat nikah. Kata bang haji, "Darah muda darahnya para remaja...Masa muda masa yang berapi-api". Sayangnya, semangat yang menyala dan berapi-api itu tidak diimbangi dengan ilmu-ilmu pendukung. Kebanyakan dari kita mungkin memang tau kalau menikah baik untuk menghadapi "fitnah". Tetapi, kebanyakan kita sebenarnya belum menyadari benar dahsyatnya gelombang di luasnya samudra yang akan mereka hadapi dalam mengemudi bahtera bernama rumah tangga. Dan ini akan sangat berbahaya jika tidak didukung dengan perbekalan yang memadai. Perbekalan itu meliputi kebergantungan yang kuat pada Allah, ilmu agama serta ilmu-ilmu lain yang berkaitan.

Kebakaran juga bisa menjelma dalam bentuk, pikiran yang hanya terfokus pada satu hal : menikah. Segala hal yang ber lawan jenis semua menjadi fitnah yang dahsyat baginya. Padahal, ia belum mampu menikah. Bisa juga, ia memang diuji oleh Allah dengan jalan panjang menuju perjumpaan dengan jodohnya. Tapi, alih-alih bersabar dan mengumpulkan bekal, mereka sibuk dengan melakukan berbagai cara agar cepat menikah. Alih-alih tetap fokus pada tujuan hidup (ibadah, dan nikah pun sebaiknya dilakukan dalam rangka tujuan itu), pikirannya malah jadi kacau balau karena fokusnya telah berbelok kepada nikah, bukan tujuan hakikinya. Na'udzubillah. Semoga kita terhindar dari keadaan tersebut.

In the opinion of the world, marriage ends all, as it does in a comedy. The truth is precisely the opposite: it begins all. ~Anne Sophie Swetchine ----------anyway, as moslem principal married is a sacred bond that has a deep meaning, to be married is a worship and one of the way following the sunnah

No comments:

Post a Comment