2011/02/17

KENALKAN, AKU SEORANG IBU RUMAH TANGGA

by Jazimah Al-Muhyi on Saturday, February 5, 2011 at 4:21am

Menekuni karier sebagai ibu rumah tangga sejak melahirkan anak pertama. Ini memang bukan cita-citaku di masa lajang. Bukannya aku gak mau jadi ibu rumah tangga ... tapi, penginku punya pengasuh anak, sehingga aku tetap bisa melanjutkan karierku sebagai penulis papan atas (cie, ngakunya). Begini ceritanya, semasa lajang, aku adalah penulis yang sudah sering diundang ke mana-mana, tapi masih di dalam pulau Jawa. Jelaslah aku punya keinginan untuk bisa keliling Indonesia, dan akhirnya sampai manca negara. Aku yakin aku bisa mencapai itu semua kalau aku terus bergiat. Itu cuma soal waktu.

Anak pertamaku lahir, dan nyatanya aku tak tega memberikan dia pada pengasuh. Jadi, kuasuh sendiri dengan bimbingan suami. Aku merintis karier sebagai ibu rumah tangga benar-benar dari nol. Lantaran aku tak biasa mengerjakan urusan rumah tangga, tidak biasa mengasuh anak, bahkan aku tidak suka anak-anak. So, aku harus berjuang menahan mual karena bau pesing, eek, atau muntahan. Kalau kamu sempat melihat caraku memperlakukan anak pertamaku, mungkin akan tertawa ngakak. Salah satunya karena aku selalu membawa perlak saat menggendongnya, karena aku tidak mau terkena ompol. Bau pesing sepanjang hari? Aduuh, mana tahaaaan ....


Belum lagi dengan kebiasaanku yang kalau jalan cepet banget. Dulu di kampus, pernah ada temen laki-laki yang mencoba menjajari langkahku. Keponthal-ponthal setengah berlari dia. Salah sendiri! Akibat hobi jalan cepat dengan mata lurus ke depan itu, kini? Entah berapa kali anakku tersenggol aku sampai jatuh, pernah juga ketabrak pohon padahal kugandeng. Aku maunya serba cepat, padahal anak-anak mana bisa dibegitukan. Belum lagi kebiasaanku yang suka ’masuk ke dunia lain’ kalo udah asyik baca. Dulu seorang temenku harus heboh untuk ’menyadarkanku’: ”Kebakaran, hey kebakaran!” katanya, karena mau ngajak aku ngobrol dan aku tidak segera menyahut ucapannya. Dan akibat kebiasaan itu, kini? Kadang-kadang aku lelet mengurus anak gara-gara asyik dengan buku atau fesbuk. Intinya, sebenarnya aku tuh nggak begitu bakat dengan profesi ini. Tapi, aku berjuang untuk bisa.

Bosan, jenuh, jengkel sendiri, itu kerap kualami. Apalagi aku memang tak bisa lagi leluasa menulis dan membaca, dua kegiatan yang seolah sudah menyatu dengan nafas hidup keseharianku. Aku memang masih nulis, tapi kebanyakan nulis diary saja. Adaptasiku berkarier sebagai ibu rumah tangga menghasilkan sebuah kenyataan pahit di bidang kepenulisan. Selama hampir tiga tahun aku tidak mengeluarkan buku baru. Kalau ditanya teman, kenalan, sesama penulis, juga para penggemar (pembaca), ”Buku barunya apa?”, rasanya hancur hati ini.

Tapi, meski begitu, aku tidak ingin melepas pekerjaan utamaku sebagai ibu rumah tangga. Karena aku yakin telah memilih prioritas pekerjaan yang benar. Aku cuma belum nyaman, dan kuyakin itu cuma soal waktu.
Aku mulai senang memasak, membereskan mainan, menemani anak bermain. Aku baca-baca lagi bagaimana cara mengasuh anak dengan baik dan benar. Dan, aku mulai banyak menulis untuk lomba maupun dikirim ke media. Ada yang menang di lomba, alhamdulillah. Tahun 2010 kucanangkan sebagai awal kebangkitanku sebagai penulis. Alhamdulillah, sejak anak ketiga lahir, rasanya aku sudah sangat enjoy menjadi ibu. Pada akhir tahun 2009 kumpulan cerpen anakku terbit. dan tahun 2010 sudah dua bukuku terbit (dua buku itu bertutur seputar profesiku sebagai ibu rumah tangga). Tahun 2011, sudah ada yang dalam proses terbit, dan masih ada beberapa naskah buku yang sedang berusaha kuselesaikan.

Aku juga banyak nulis untuk note di facebook, juga ikut antologi-antologi. Lolos atau tidak, masih banyak yang belum diumumkan. Tapi yang jelas, aku senang karena bisa menulis (untuk publik) lagi.
Kalau dalam rentang waktu lebih dari 24 jam tidak ada kesempatan sama sekali buat nulis dan baca, aku kerap dihampiri rasa sumpek. Jengkel, uring-uringan begitulah. Mungkin karena nulis dan baca memang sudah seperti makan dan minum untukku. So, kalau memang sudah ingin sekali mengetik atau membuka internet, aku lakukan saja meski semua anak masih dalam keadaan terjaga (tidak tidur). Alhamdulillah mereka sudah paham bahwa sekali waktu Mamanya ingin ’bermain bersama komputer’. Aku tidak perlu lama kok. Dikasih kesempatan lima belas menit saja sudah senang.

Subhanallah, aku merasakan indahnya menjadi ibu penuh waktu. Menemani anak-anak bertumbuh, mendengar celoteh dan rengekan mereka, memenuhi aneka permintaan mereka, menyaksikan segala tingkah polah mereka.
Di awal karier sebagai ibu rumah tangga, aku sempat berada pada fase ’sangat merindukan masa jaya’. Masa-masa ketemu penggemar, bedah buku, anjangsana anjang sini, dan sebagainya. Dulu aku sempat sedih mendapati hapeku yang nyaris tanpa fungsi lantaran tidak pernah ada yang nelpon maupun sms. Aku menyedihi keadaanku yang seolah sudah dilupakan oleh semua orang dan benar-benar tak punya teman.

Alhamdulillah, kini duniaku terbuka. ’Gua’ku telah memiliki banyak jendela. Aku say thanks banget sama Mark yang sudah men-create facebook untuk membuka komunikasi dengan dunia, kendati kaki tak melangkah ke mana-mana. Say thanks to Mark yang telah membuatkan ’jendela’ untuk seorang ibu yang meniatkan diri tinggal di ’gua’, di rumahnya yang dalam dunia nyata ’terisolir’ dari pergaulan intelektual.

Aku sudah tidak lagi begitu rindu dengan suasana hiruk pikuk penuh tepuk tangan itu. Aku sudah tidak lagi terobsesi dengan masa-masa yang menempatkanku layalnya selebriti. Diminta tanda tangan, diajak foto-foto, diwawancarai, dan sebagainya. Namun demikian, kalau ada yang mengundangku, aku mau asal aku difasilitasi untuk bisa membawa anak-anak. Kalau tidak, lebih baik tidak jadi saja.

Aku masih menyimpan mimpi itu. Untuk bisa keliling Indonesia, bahkan keliling dunia dengan buku. Tapi, saat istimewa bersama anak-anakku adalah kesempatan emas yang tidak bisa diulangi. Kalau kulewatkan kesempatan mewah ini, tidak akan bisa lagi kudapatkan di masa berikutnya. Sedangkan karier kepenulisan, kapan pun saja, selagi masih ada umur, insya Allah sangat mudah untuk dibangun kembali. Aku yakin bisa balik dengan cepat ke dunia kepenulisan, karena disiplin sebagai penulis tetap kujalani di sela-sela waktu. Menulis, membaca, diskusi.

Inilah aku, seorang ibu rumah tangga, yang semula kerap bosan dengan aktivitas keseharian, kini justru kecanduan momong anak. Anak-anak yang lucu, pintar, cerdas pikirannya, jernih mata batinnya, tajam nuraninya, bersih hatinya, bening jiwanya. Pada mereka aku berkaca, juga belajar banyak tentang kehidupan.

No comments:

Post a Comment