2011/04/01

Isteri Ustadz Nggak Butuh Duit???


by Embun Biru on Tuesday, October 26, 2010 at 11:41am

Ketika itu;
Selepas maghrib suamiku telpon, nadanya ceria sekali. Ceritanya dia baru saja dapat uang 80 reyal, sama dengan 200 ribu kurang sedikit. Hasil dari ngedit artikel-artikelnya para ustadz. Sesaat kupikir, ada bagianku di sana! “Jatah punya Dind mana? Khan ikut kerja…”, tagihku. “Iya, Bos…nanti dikirim sekalian sama jatah bulanan ya…”

            Usai telpon seorang akhwat menghampiriku dan berkata, “Mbantuin suami kok minta jatah tho, Ukht? Isteri shalihat itu tidak banyak menuntut harta dunia…”

            O…oow…ada yang mau ikut campur nih…”Maaf ya, Ukhti…karena ini kerja professional. Ustadz melarang saya bekerja di luar rumah, tapi di satu sisi beliau tau, saya ini punya potensi menghasilkan uang tanpa harus berkarier di luar rumah dan meninggalkan kuliah. Profesi sebagai editor ini sudah lama saya jalani, sejak saya meninggalkan dunia tulis-menulis fiksi. Jadi, di antara saya sama suami sudah ada kesepakatan untuk bekerja secara professional…”

            “Iya, tapi apa anti masih merasa kurang dengan nafkah yang diberikan suami? Qona’ah, Ukhti…”, masih saja tak mau kalah.

            “Nafkah yang diberikan suami kepada saya itu memang sudah kewajibannya, tapi tetap saja itu berstatus sebagai harta suami sehingga saya harus berhati-hati dalam membelanjakannya. Nah, kalau uang dari hasil bekerja saya, itu tetap hak saya. Biar saya merasa cukup dengan pemberian suami, uang dari hasil kerja saya tetap hak saya sepenuhnya. Entah uang itu mau saya tabung atau saya sedekahkan, itu mutlak hak saya. Juga, meski pekerjaan itu adalah membantu pekerjaan suami, tapi objek yang dikerjakan kan punya orang lain dan memanfaatkan jasa saya. Waktu saya juga tersita untuk mengerjakan objek terkait. Misalkan, ketika artikel yang saya edit harus segera deadline, sementara saya harus kuliah, terpaksanya saya harus bolos kuliah. Padahal setiap kali pertemuan dalam kuliah itu senilai dengan uang 10 ribu. Rugi kan?”

            “Isteri ustadz kok doyan duit!”
            “Lha memangnya beli gorengan pakai daun? Logis dikit atuh…”

            Jadi mikir, konsep qona’ah yang bener itu kayak apa ya? Bedanya sama zuhud? Terus, apakah seorang muslimah qona’ah itu berarti dia nggak boleh punya duit sendiri selain dari pemberian suami atau orang tua? Dan kupikir, ketika seorang wanita pada fitrahnya suka belanja, sementara dirinya nggak bisa menghasilkan duit sendiri, satu-satunya jalan menuntut lebih pada suami, jangan salahkan bila para suami ambil jalan korupsi.

            Jadi isteri cerdas dikit atuh…nggak banyak-banyak nggak apa-apa, yang penting kelak keluarga utuh masuk surga, amiin…

No comments:

Post a Comment